Bank Indonesia Optimalkan Instrumen Moneter Pro-Market untuk Stabilkan Nilai Tukar Rupiah

0

Web Fakta – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menegaskan bahwa BI terus berupaya mengoptimalkan instrumen moneter yang bersifat pro-market untuk mendukung stabilitas nilai tukar rupiah. Hal ini disampaikan dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI untuk bulan November 2024 di Jakarta pada Rabu (19/11). Perry menjelaskan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk memperkuat nilai tukar rupiah sekaligus mendukung pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkan.

Menurut Perry, BI telah mengimplementasikan berbagai instrumen moneter yang mendukung pasar dengan fokus utama untuk mempercepat pendalaman pasar uang dan pasar valuta asing (valas). Langkah ini juga sejalan dengan upaya untuk mendorong masuknya modal asing yang sangat dibutuhkan dalam perekonomian Indonesia. Bank Indonesia berkomitmen untuk memaksimalkan kebijakan yang dapat menciptakan kondisi yang lebih pro-market, memberikan manfaat bagi ekonomi domestik, dan menjaga stabilitas pasar keuangan.

Sampai dengan 18 November 2024, posisi instrumen moneter yang dikeluarkan oleh BI tercatat cukup signifikan. Instrumen yang dimaksud meliputi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valuta Asing Bank Indonesia (SUVBI). Nilai total SRBI mencapai Rp968,82 triliun, SVBI mencapai 3,39 miliar dolar AS, dan SUVBI tercatat sebesar 387 juta dolar AS.

Penerbitan instrumen SRBI khususnya, telah berperan penting dalam mendukung peningkatan aliran modal asing ke Indonesia. Sekuritas ini terbukti efektif dalam penguatan nilai tukar rupiah dan juga telah menunjukkan peningkatan permintaan dari investor asing. Kepemilikan nonresiden dalam SRBI, misalnya, tercatat mencapai Rp250,18 triliun, atau sekitar 25,8 persen dari total outstanding. Hal ini menunjukkan bahwa SRBI semakin diminati oleh pelaku pasar internasional, yang turut memperkuat kepercayaan terhadap stabilitas ekonomi Indonesia.

Selain itu, implementasi Primary Dealer (PD) sejak Mei 2024 telah semakin meningkatkan aktivitas perdagangan SRBI di pasar sekunder. Adanya mekanisme repo (repurchase agreement) juga turut mempercepat likuiditas dan membantu transaksi antarpelaku pasar. Dengan demikian, instrumen ini tidak hanya berfungsi untuk stabilisasi nilai tukar rupiah, tetapi juga berperan penting dalam pengendalian inflasi yang tetap menjadi perhatian BI.

Ke depan, Bank Indonesia akan terus mengoptimalkan penggunaan instrumen moneter ini, baik dari sisi volume penerbitannya maupun daya tarik imbal hasil yang ditawarkan. BI berkomitmen untuk terus melakukan inovasi, agar instrumen moneter yang dikeluarkan semakin menarik bagi investor. Hal ini diharapkan dapat memperkuat aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik. Selain itu, kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang semakin kuat akan menjadi faktor pendukung bagi keberlanjutan arus modal asing tersebut.

Perry Warjiyo juga menekankan pentingnya menjaga stabilitas ekonomi domestik, dengan terus memperkuat sektor keuangan dan pasar valas. Menurutnya, meskipun situasi ekonomi global masih penuh tantangan, kebijakan moneter yang pro-market akan semakin mendukung daya tarik Indonesia sebagai tujuan investasi yang menarik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *