Web Fakta – Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Taruna Ikrar, baru-baru ini mengungkapkan potensi besar dari terapi berbasis farmakologi sel dan genetik dalam pengobatan penyakit degeneratif, kanker, serta kelainan bawaan atau genetik. Dalam penjelasannya, Taruna menyebutkan bahwa terapi ini merupakan sebuah pendekatan medis yang menjanjikan dan dapat menjadi salah satu metode pengobatan paling penting di masa depan, khususnya untuk menangani penyakit yang selama ini sulit diobati, seperti kanker dan kelainan genetik.
“Terapi berbasis sel dan genetik merupakan terobosan besar dalam dunia medis yang memungkinkan pengobatan penyakit degeneratif dan keganasan, khususnya kanker dan penyakit bawaan genetik,” ujar Taruna dalam keterangannya di Jakarta pada Rabu. Menurutnya, terapi ini merupakan salah satu langkah maju yang memiliki potensi untuk mengubah paradigma pengobatan di dunia kedokteran.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa berbagai uji coba yang dilakukan dalam penerapan terapi ini menunjukkan hasil yang positif. Meskipun demikian, Taruna menegaskan bahwa terapi tersebut masih berada dalam tahap penelitian dan pengembangan untuk memastikan keamanan serta efektivitasnya. Penelitian juga terus dilakukan untuk mengurangi reaksi samping yang dapat muncul akibat terapi ini.
Salah satu contoh yang diberikannya adalah uji klinis yang dilakukan terhadap pengobatan glioblastoma, yaitu kanker otak yang sangat agresif. Hasil percobaan tersebut memberi harapan baru, karena terapi berbasis sel dan genetik terbukti memiliki potensi untuk meredakan gejala dan meningkatkan kualitas hidup penderita kanker tersebut. “Melihat hasil penelitian ini, saya yakin bahwa terapi sel dan genetik akan menjadi salah satu penemuan terbesar dalam dunia pengobatan, khususnya untuk penyakit yang sebelumnya sulit ditangani,” jelasnya.
Selain itu, Taruna menekankan pentingnya penelitian lebih lanjut, terutama dalam memastikan keamanan terapi ini jangka panjang. Sebagai contoh, penting untuk memastikan bahwa sel basal yang digunakan dalam terapi ini tidak mengalami mutasi yang dapat membahayakan pasien. Ia juga menyoroti pentingnya memastikan bahwa sel-sel yang ditransplantasikan dapat tertanam dengan stabil dan berfungsi dengan baik, khususnya untuk mengatasi gangguan pada otak.
Taruna juga menyarankan agar dilakukan penelitian lebih mendalam untuk mengkaji bagaimana terapi berbasis sel dan genetik dapat diterapkan pada penyakit degeneratif lainnya dan kanker jenis lain yang lebih umum. Hal ini penting untuk memastikan bahwa potensi terapi ini bisa lebih luas jangkauannya dan dapat membantu lebih banyak pasien di seluruh dunia.
Selain berbicara mengenai potensi terapi ini di Indonesia, Taruna juga memaparkan perkembangan terbaru tentang terapi berbasis sel dan genetik di hadapan akademisi, guru besar, dosen, dan mahasiswa di Harvard Medical School, Harvard University, Boston, Amerika Serikat, pada hari yang sama. Pemaparan tersebut mendapat sambutan positif dari kalangan medis internasional, yang turut menilai bahwa penelitian ini akan membuka peluang bagi pengembangan terapi baru yang lebih efektif dan aman.
Secara keseluruhan, meskipun terapi berbasis sel dan genetik masih dalam tahap penelitian, potensinya untuk mengubah pengobatan penyakit degeneratif, kanker, dan kelainan genetik sangat besar. Ini memberikan harapan baru bagi jutaan penderita yang selama ini belum memiliki pengobatan yang efektif. BPOM berharap penelitian ini dapat terus berkembang sehingga masyarakat dapat segera merasakan manfaat dari terobosan medis ini dalam beberapa tahun mendatang.